Sebenarnya, produsen kamera telah berupaya sebaik mungkin untuk membantu para pemula untuk memahami pengaturan dasar kameranya, mulai dari banyaknya mode auto, hingga mode guided untuk membantu para pemula.
Namun masih ada banyak ruang untuk perbaikan. Sekarang akan kami urutkan hal-hal yang menurut kami berpotensi untuk membingungkan para pemula.
1. Aperture besar, nomornya kecil.
Bila anda benar-benar baru saja memegang kamera, maka ide dari f-number akan terasa asing sekali.
Kenapa nomor yang mewakilkan ukuran dari apertur memiliki lompatan yang aneh? Dari f/5,6 ke f/8 ke f/11 ke f/16? - sangat tidak masuk akal! Dan kenapa semakin tinggi f-number maka semakin kecil ukuran apertur?
Begini, f-number sebenarnya bukannya ukuran asli dari apertur - atau lubang di lensa. Alih-alih, f-number mewakili rasio antara diameter lensa dan focal lenght nya.
Hal ini memberikan konsistensi : contohnya sebuah lensa 500mm dengan f/8 akan memasukan cahaya dengan jumlah yang sama dengan lensa 20mm dengan f/8. Meskipun ukuran lensanya secara fisik berbeda, namun ukuran relatif dari apertur adalah sama.
F-number mengikuti ukuran matematis, dengan tiap nomor dikalikan atau dibagi oleh akar kuadrat 2 (atau 1,414). Jadiii, f/4 dikalikan dengan 1.414 menghasilkan f/5.6.
Bila anda membayangkan f-number adalah sebuah pecahan, maka akan menjelaskan mengapa semakin besar nomor di f-number semakin kecil pula aperturnya. Contohnya, 1/16 lebih kecil dari 1/8 - jadi apertur dari f/16 memasukan cahaya lebih sedikit daripada apertur dengan nilai f/8.
2. Apertur kecil menghasilkan gambar yang tajam, juga membuatnya terlihat soft.
Seperti yang sudah kita ketahui, pemahaman untuk mengontrol Dof (Depth of field/area tajam dalam foto) memungkinkan anda untuk menambah ataupun mengurangi seberapa luas area dari gambar yang ditampilkan tajam.
Pilihan dari apertur adalah kunci yang menentukan Dof. Apertur besar akan mengecilkan Dof, dan sebaliknya.
Biasanya untuk fotograpi portrait disarankan untuk menggunakan apertur besar untuk mendapatkan background yang blur - atau bahasa gaulnya disebut bokeh. Kebalikannya juga berlaku untuk fotograpi macro maupun landscape : pilih apertur kecil untuk memaksimalkan Dof dan mendapatkan area yang tajam seluas mungkin.
Masalahnyaa, semakin kecil apertur maka semakin besar pula efek dari difraksi - dan ini akan menjadikan foto terlihat soft.
Titik dimana detail gambar menjadi kurang tajam bervariasi diantara lensa-lensa, namun biasanya titik tertajam -atau biasa disebut sweet spot- dari lensa berada di antara f/8 dan f/11.
3. 1/10 detik mungkin terdengar cepat, padahal lambat!
Dalam dunia nyata. 1/100 detik, 1/10 detik, bahkan 1/2 detik sangatlah cepat. Namun di dunia fotograpi, nilai tersebut tidak terlalu cepat.
Cobalah pasang lensa 500mm dan atur shutter speed pada 1/2 detik, maka anda akan menghasilkan foto yang luar biasa blur nya. Jangan mengharapkan mendapatkan hasil yang tajam apabila anda mengambil foto mobil yang melaju 100km/jam dengan shutter speed hanya 1/10.
Bila anda ingin hasil foto yang benar-benar tajam, maka aturlah eksposure sesingkat mungkin. contohnya, untuk membekukan gerakan yang sangat cepat seperti burung yang terbang misalnya, maka dibutuhkan shutter speed antara 1/2000 detik hingga 1/4000 detik.
Bila anda bisa mendengar suara saat shutter membuka dan menutup, maka besar kemungkinan anda akan mendapatkan hasil foto yang blur. Naikkan ISO, gunakan apertur yang besar, dan cari tempat yang banyak cahaya.
(all images by Marcus Hawkins/DigitalCameraWorld)
No comments:
Post a Comment